SAYA
Tepatnya 18 Agustus tahun 1993, seorang
saya ditakdirkan lahir oleh Allah yang maha kuasa ke dunia ini. Melalui Rahim seorang
wanita berjiwa mulia, tangguh, dan lembut, saya dilahirkan dengan penuh rasa
sakit yang saya yakin dia baru pertama kali merasakannya. Kemudian sayapun yang
pertama kali memanggil dia sebagai ibu. Yang selalu saya cintai tetapi tidak
pernah saya ungkapkan dihadapannya secara lisan. Dibesarkan dengan penuh kasih saying
dan didikan yang sangat luar biasa oleh ibu dan ayah saya sebuah hal yang
sangat tak ternilai harganya bagi saya dan semua yang merasakannya.
Tahun demi tahun saya dalam dekapan mereka,
ditemani 5 orang anak yang mewarnai rumah tangga. Saya berdiri, berada
ditengahnya sebagai harapan terbesar ditengah keluarga. saya mempunyai keluarga
yang simple, tidak terlalu banyak aturan. Tetapi orang tua saya hanya menjaga
pergaulan para buah2 hatinya dan menjaga agamanya. Keluarga saya mendidik saya
untuk bepegang teguh kepada islam, berdiri diatas ajaran2 yang benar. Saya memiliki
seorang ayah yang juga sangat luar biasa hebatnya. Saya tidak dimanja, tidak
dibentak, tidak dipaksa. Orang tua saya selalu memiliki cara-cara yang tidak
saya kira mereka akan mengarahkan saya kepada sesuatu.
Saya besar di kota yang semakin lama
semakin rumit yang tidak lain adalah jakarta. Melalui masa kanak-kanak di
daerah kramat jati, bermain di pinggiran tol jagorawi berbaur dengan anak
manapun yang entah darimana datangnya. Memasuki remaja, saya mendaftarkan diri
di pesantren islam di daerah Antara karawang bekasi. Saya dididik dengan
pendidikan agama. Cukup berat memang, tapi saya mencoba dan terus mencoba. Sekitar
2 tahun hidup dalam lingkungan yang dibatasi tembok tinggi, saya mempunyai
masalah pada konsentrasi saya. Saya datang ke psikolog dan berkonsultasi. Ternyata
ada sesuat yang saya pun kurang mengerti pada saat itu. Saya tidak bisa berkonsetrasi.
Jadilah saya oran yang tergantung pada obat, yang harga 1 tabletnya pada saat
itu sekitar 60 ribu. Cukup mahal, cukup memberatkan orang tua saya.
Saya merasa berbeda dengan yang
lain,kenapa. Saya minum obat hanya untuk mendengarkan seorang guru menjelaskan
yang belum tentu saya paham. Akhirnya saya memotivasi diri saya sendiri untuk
tidak menggunakan obat itu lagi pada ujian kenaikan kelas. Alhasil, tidak
begitu buruk. Cukup untuk menghindari omelan orang tua saya. Mengontrol diri
mungkin suatu hal yang mudah bagi saya, oleh karnanya saya tidak terlalu
mengnggap masalh menjadi momok penghalang dalam hidup saya. Bagi saya masalah
ada hal yang perlu dicermati, disiasati dan masalah adalah isyarat untuk saya
melakukan hal yang lebih besar lagi dari apa yang sudah saya kerjakan hingga
menjadikan masalah.
Saya meranjak masa lebih remaja lagi,
yang mungkin disebut masa alay kalau kata jaman sekarang. Mulai kenal
perempuan, muali kenal kehidupan yang “dalam tanda kutip” nakal, muali bandel
mencoba hal-hal yang menurut saya keren. Saya bergaul dengan siapa saja yang
bagi saya, dia bisa memberi nilai positif untuk saya. teman adalah keluarga
kedua dalam hidup saya.
Pada masa itu saya bertemu seorang
perempuan yang singkat cerita saya jadikan pacar. Saya kencan, smsan, chating,
dan segala macem hal yang dilakukan dalam hubungan yang biasa-biasa saja tapi
sok luar biasa. Tanpa sepengetahuan keluarga saya, berjalanlah hubungan gelap
yang saya alami kebanyakan pahit daripada manisnya. Bodohnya lagi, saya bisa
bertahan hingga 4 tahun. Saya tidak pernah menonton sineteron tapi buaian saya
sama seperti mereka. Saya tidak pernah romantic tapi tiba-tiba saja saya bisa
bikin puisi buat pacar.
Celakanya, saya mengiyakan saat dia minta
hubungan saya serius. Tahun 2010 saya lulus SMA, kemudian disanalah sisi bodoh
saya berjalan. saya belajar cari uang, hanya untuk menikah. Tahun 2011 saya
masuk cisco networking academy di Universitas Indonesia. Itupun dengan niat
kerja hanya untuk menikah pula. Sembari berjalannya waktu, saya berjualan susu
untuk mempunyai penghasilan. Alhamdulillah semua berjalan sesuai yang saya
rencanakan.
Saya seorang yang tidak perduli dengan
apa kata orang lain yang bagi saya itu mejelekkan saya. keluarga saya buak
keluarga tidak mampu, tapi saya kuliah sambil berjualan susu. Pagi-pagi
mengantar susu kemudian siangnya saya kuliah dan malamnya saya masih mengantar
susu lagi. Dengan karung yang saya selempangkan di motor. Dengan semangat yang
entah dari mana paa sat itu. Berjuang demi sesuatu yag tidak pasti.
saya bercita-cita menjadi seorang yang
berkecimpung pada bidang psikologi. Tetapi jalan yang saya pilih dan saya
tempuh jauh dari harapan utama saya pada saat itu. Singkat cerita saya melamar
wanita itu dan saya pun dapat restu dari kedua belah pihak. Sialnya, entah ada angin
dari mana. Calon mertua malah mencari laki2 lain untuk dinikahkan dengan
anaknya. Dan, terjadilah dan sungguh menyakitkan pada saat itu. Semua yang saya
perjuangkan hancur berantakan.
Saya hanya diam, berpikir, dan mencoba
menutupi kegalauan. Saya bukan tipe orang yang mudah down. Saya yakin dengan
diri saya sendiri bahwa saya mampu. Dari
sanalah saya mendapat banyak pelajaran tentang hidup. Tahun 2013, setelah
banyak waktu yag saya buang, banyak kesempata yang saya sia-siakan, saya
mengatur ulang lagi hidup saya. dengan membalikan kepada cita-cita saya, saya
minta kepada orang tua yang sudah saya kecewakan berkali-kali untuk
menyekolahkan saya, pada jurusan fakultas psikologi universitas Gunadarma.
Saya belajar banyak hal dari waktu yang
saya buang, dari kesalahan-kesalahan yang saya lakukan. Saya beradaptasi lagi
dengan lingkungan yang jauh berbeda dengan kehidupan saya sebelumnya. Menemukan
hal-hal baru, kesibukan baru. Hal yang lebih terlihat positif untuk diri saya.
saya hanya dapat menangis jika melihat kebelakang, dan hanya bisa tersenyum dan
bersyukur saat saya melihat apa yang Allah berikan pada saya setelah masa yang
sungguh bodoh bagi saya. saya menjadi orang yang berpikir. Bahwa perasaan bukan
hal yang mutlak harus diartikan dengan cinta. Bahwa saya harus memahami apa
yang baik dan buruk untuk diri saya. saya menemukan jawaban setelah apa yang
telah terjadi yang saya kira itu merugikan saya, saat ini itu menjadi alasan
saya kembali mengejar impian yang telah lama saya sia-siakan.
Saya bukan orang yang pandai menulis. Saya
hanya orang yang pandai bergaul, mencari hal-hal yang lain. Berbaur dengan
siapa saja, itu hal yang menarik bagi saya. saya mengekspresikan diri saya
melalui bidikan kamera, mengabadikan momen saat saya ditengah-tengah orang yang
menghargai saya. saya buka diri saya kepada mereka. Dan yang terpenting, saya
selalu berusaha untuk nasib yang saya alami tidak terulang pada orang yang
dekat dengan saya. membuat sebuah tulisan bukan sebuah hal yang mudah bagi
saya, tetapi saya piker kalau saya menulis hal yang saya tidak tahu akan jadi
apa. Maka dari itu saya adahalah hal yang paling saya ketahui untuk saya
tuangkan dalam tulisan. Karna saya sangat mengetahui betul diri saya. sekian.