Kepuasan
kerja mempunyai peranan penting terhadap prestasi kerja karyawan, ketika
seorang karyawan merasakan kepuasan dalam bekerja maka karyawan tersebut akan
berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimiliki untuk
menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian
yang baik bagi perusahaan. Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap produktivitas organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam
organisasi seperti kemangkiran, konflik manager-pekerja dan perputaran
karyawan. Dari sisi pekerja, ketidakpuasan dapat menyebabkan menurunnya
motivasi, menurunnya moril kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif.
Kepuasan
dapat dirumuskan sebagai respon umum pekerja berupa perilaku yang ditampilkan
oleh karyawan sebagai hasil persepsi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Seorang pekerja yang masuk dan bergabung dalam suatu organisasi
mempunyai seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman masa lalu
yang menyatu dan membentuk suatu harapan yang diharapkan dapat dipenuhi di
tempatnya bekerja. Kepuasan kerja ini akan didapat apabila ada kesesuaian
antara harapan pekerja dan kenyataan yang didapatkan ditempat bekerja.
Menurut
Locke dalam Munandar (2001:350) tenaga kerja yang puas dengan pekerjaannya
merasa senang dengan pekerjaannya. Keyakinan bahwa karyawan yang terpuaskan
akan lebih produktif daripada karyawan yang tak terpuaskan merupakan suatu
ajaran dasar diantara para manajer selama bertahun-tahun (Robbins, 2001:26).
Menurut
Strauss dan Sayles dalam Handoko (2001:196) kepuasan kerja juga penting untuk
aktualisasi, karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah
mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya akan menjadi frustasi.
Karyawan yang seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat kerja yang
rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering absen dan melakukan
kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan.
Karyawan
yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan
perputaran kerja yang lebih baik, kurang aktif dalam kegiatan serikat karyawan,
dan kadang-kadang berprestasi bekerja lebih baik daripada karyawan yang tidak
memperoleh kepuasan kerja. Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti
penting baik bagi karyawan maupun perusahaan, terutama karena menciptakan
keadaan positif di dalam lingkungan kerja perusahaan. Sedangkan karyawan yang
rendah akan kepuasan kerja dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti
mangkir kerja, mogok kerja, kerja lamban, pindah kerja dan kerusakan yang
disengaja.
Oleh
karena itu sukses tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari kualitas
sumber daya manusia yang dimiliki karena sumber daya manusia yang berkualitas
adalah sumber daya manusia yang mampu berprestasi maksimal.
A.
TEORI-TEORI KEPUASAN KERJA
Menurut
Wexley dan Yukl (1977) teori-teori tentang kepuasan kerja ada tiga macam yang
lazim dikenal yaitu:
1.Teori
Perbandingan Intrapersonal (Discrepancy Theory)
Kepuasan
atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh individu merupakan hasil dari
perbandingan atau kesenjangan yang dilakukan oleh diri sendiri terhadap
berbagai macam hal yang sudah diperolehnya dari pekerjaan dan yang menjadi
harapannya. Kepuasan akan dirasakan oleh individu tersebut bila perbedaan atau
kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh dari
pekerjaan kecil, sebaliknya ketidakpuasan akan dirasakan oleh individu bila
perbedaan atau kesenjangan antara standar pribadi individu dengan apa yang diperoleh
dari pekerjaan besar.
2. Teori
Keadilan (Equity Theory)
Seseorang
akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan
atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equity atau inequity atas suatu situasi
diperoleh seseorang dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang
sekelas, sekantor, maupunditempat lain.
3. Teori
Dua – Faktor (Two Factor Theory)
Prinsip
dari teori ini adalah bahwa kepuasan dan ketidakpuasan kerja merupakan dua hal
yang berbeda. Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori, yang satu dinamakan Dissatisfier atau hygiene factors dan
yang lain dinamakan satisfier atau motivators.
Satisfier
atau motivators adalah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai
sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi, pengakuan, wewenang,
tanggungjawab dan promosi. Dikatakan tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan
berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, tetapi kalau ada, akan membentuk
motivasi kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh sebab itu faktor
ini disebut sebagai pemuas. Hygiene factors adalah faktor-faktor yang terbukti
menjadi sumber kepuasan, terdiri dari gaji, insentif, pengawasan, hubungan
pribadi, kondisi kerja dan status.
B.
DETERMINAN SIKAP KERJA
Sikap
kerja dapat dijadikan indikator apakah suatu pekerjaan berjalan lancar atau
tidak. Jika sikap kerja dilaksanakan dengan baik, pekerjaan akan berjalan
lancar. Jika tidak berarti akan mengalami kesulitan. Tetapi, bukan berarti
adanya kesulitan karena tidak dipatuhinya sikap kerja, melainkan ada masalah
lain lagi dalam hubungan antara karyawan yang akibatnya sikap kerjanya
diabaikan.
☻Menurut
para tokoh :
Gibson
(1997), menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan
mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang
memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun
keadaan. Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan
dengan persepsi, kepribadian dan motivasi.
Sada
(2000), adalah tindakan yang akan diambil karyawan dan segala sesuatu yang
harus dilakukan karyawan tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang
dilakukan.
☻Sikap
kerja mempunyai sisi mental yang mempengaruhi individu dalam memberikan reaksi
terhadap stimulus mengenai dirinya diperoleh dari pengalaman dapat merespon
stimulus tidaklah sama. Ada yang merespon secara positif dan ada yang merespon
secara negative. Karyawan yang memiliki loyalitas tinggi akan memiliki sikap
kerja yang positif. Sikap kerja yang positif meliputi :
1)
kemauan untuk bekerja sama. Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu
kelompok akan memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin
dicapai oleh orang-orang secara individual.
2) rasa
memiliki. Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan membuat
karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap
perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercpainya
tjuan perusahaan.
3)
hubungan antar pribadi. Karyawan yang mempunyai loyalitas karyawan tinggi
mereka akan mempunyai sikap fleksibel kea rah tete hubungan antara pribadi.
Hubungan antara pribadi ini meliputi : hubungan social diantara karyawan.
Hubungan yang harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti
dari teman sekerja.
4) suka
terhadap pekerjaan. Perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan bahwa
karyawannya tiap hari dating untu bekerja sama sebagai manusia seutuhnya dalam
hal melakukan pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati sebagai
indikatornya bisa dilihat dari : kesanggupan karyawan dalam bekerja, karyawan
tidak kpernah menuntut apa yang diterimanya di luar gaji pokok.
☻
Faktor-faktor Sikap Kerj
Menurut
Blum and Naylor (Aniek, 2005) terdapat beberapa factor yang mempengaruhi sikap
kerja, diantaranya:
a)
Kondisi Kerja → Situasi kerja yang meliputi lingkungan fisik ataupun lingkungan
social yang menjamin akan mempengaruhi kenyamanan dalam bekerja. Karena dengan
adanya rasa nyaman akan mempengaruhi semangat dan kualitas karyawan.
b)
Pengawasan Atasan → Seorang pimpinan yang melakukan pengawasan terhadap
karyawan dengan baik dan penuh perhatian pada umumnya berpengaruh terhadap sikap
dan semangat kerja karyawan.
c) Kerja
sama dari teman sekerja → Adanya teman sekerja yang dapat berkerjasama akan
sangat mendukung kualitas dan prestasi dalam menyelesaikan pekerjaan.
d)
Keamanan → Adanya rasa aman yang tercipta serta lingkungan yang terjaga akan
menjamin dan menambah ketenangan dalam pekerjaan.
e)
Kesempatan untuk maju → Adanya jaminan masa depan yang lebih baik dalam hal
karier baik promosi jabatan dan jaminan hari tua.
f)
Fasilitas kerja → Tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan karyawan
dalam pekerjaannya.
g) Upah
atau Gaji → Rasa senang terhadap imbalan yang diberikan perusahaan baik yang
berupa gaji pokok, tunjangan dan sebagainya yang dapat mempengaruhi sikap
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
C.
PENGUKURAN SIKAP KERJA
Seperti
yang sudah diuraikan sebelumnya, Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor
yang sangat penting untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang
merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin
dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas
pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil kerja karyawan akan
meningkat secara optimal.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan
dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, Sebagai
contoh, karyawan yang sudah lama bekerja memiliki kecenderungan lebih puas
dibandingkan dengan karyawan yang belum lama bekerja (Doering et al., 1983)
Faktor eksentrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan,
antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain,
sistem penggajian dan sebagainya.
Secara
teoritis, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak
jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of
control , pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja.
☻ Salah
satu cara untuk menentukan apakah pekerja puas dengan pekerjaannya atau tidak,
ialah dengan membandingkan pekerjaan mereka dengan beberapa pekerjaan ideal
tertentu (teori kesenjangan).
☻
Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang
pegawai diantaranya :
Ø isi
pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap
pekerjaan
Ø
supervise
Ø
organisasi dan manajemen
Ø
kesempatan untuk maju
Ø gaji
dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif
Ø rekan kerja
Ø
kondisi pekerjaan
☻Menurut
Job Descriptive Index (JDI) faktor penyebab kepuasan kerja, pengukuran sikap/kepuasan
kerja, diantaranya :
1.
bekerja pada tempat yang tepat
2.
pembayaran yang sesuai
3.
organisasi dan manajemen
4. supervisi
pada pekerjaan yang tepat
5. orang
yang berada dalam pekerjaan yang tepat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar