Terapi Humanistik Eksistensial adalah terapi yang sesuai
dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan
eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam
dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.
Beberapa tokoh dalam humanistik eksistensial, salah satunya
adalah Abraham Maslow menyebutnya sebagai teori holistic-dinamis karena teori
ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang termotivasi oleh satu atau
lebih kebutuhan dan orang memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan
psikologis yaitu aktualisasi diri. Untuk memenuhi aktualisasi diri, ada
beberapa kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan lapar,
keamanan, cinta, dan harga diri. Setelah itu semua terpenuhi, maka seseorang
bisa mencapai aktualisasi diri.
Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama
dari pendekatan eksistensial yaitu :
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka
akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk
memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam
kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat
menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan
eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas
kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki
arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut
menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas
untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
3. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk
menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna
bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan
dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk
rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan
kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk
mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai
taraf tertentu.
Tujuan Terapi
Humanistik Eksistensial
Tujuan mendasar humanistik eksistensial adalah membantu
individu menemukan nilai, makna, dan tujuan dalam hidup manusia sendiri. Juga
diarahkan untuk membantu klien agar menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki
kebebasan untuk memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat
pilihan hidup yang memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai
kehidupan yang bermakna.
Menurut Gerald Corey terapi eksistensial humanistik
bertujuan agar klien mengalami keberadaanya secara otentik dengan menjadi sadar
atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya. Terdapat tiga karakteristik dari keberadaan
otentik, menyadari sepenuhnya keadaan sekarang, memilih bagaimana hidup pada
saat sekarang, dan memikul tanggung jawab untuk memilih. Pada dasarnya terapi
eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan
kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah
hidupnya.
Ciri-ciri Humanistik Eksistensial
Adapun ciri-ciri dari terapi eksistensial humanistik adalah
sebagai berikut:
Eksistensialisme bukanlah suatu aliran melainkan suatu
gerakan yang memusatkan penyelidikannya manusia sebagai pribadi individual dan
sebagai ada dalam dunia (tanda sambung menunjukkan ketakterpisahan antara
manusia dan dunia).
Adanya dalil-dalil yang melandasi yaitu (a) Setiap manusia
unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan mengevaluasi dunia, dan
dalam bereaksi terhadap dunia. (b) Manusia sebagai pribadi tidak bisa
dimengerti ddalam kerangka fungsi-fungsi atau unsur-unsur yang membentuknya. (c)
Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan memusatkan
perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi, belajr,
dorongan-dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku emosional tidak akan
mampu memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman manusia
Berusaha melengkapi, bukan menyingkirkan dan menggantikan
orientasi-orientasi yang ada dalam psikologi
Sasaran eksistensial adalah mengembangkan konsep yang
komperehensif tentang manusia dan memahami manusia dalam keseluruhan realitas
eksistensialnya, misalnya pada kesadaran, perasaan-perasaan, suasana-suasana
perasaan, dan pengalaman-pengalaman pribadi individual yang berkaitan dengan
keberadaan individualnya dalam dunia dan diantara sesamanya. Tujuan utamanya
adalah menemukan kekuatan dasar, tema, atau tendensi dari kehidupan manusia,
yang dapat dijadikan kunci kearah memahami manusia.
Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan
tanggung jawab, skala nilai-nilai individual, makna hidup, penderitaan, keputus
asaan, kecemasan dan kematian.
Fungsi dan Peran Terapis
Dalam pandangan eksistensialis tugas utama dari seorang
terapis adalah mengeksplorasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
ketakberdayaan, keputusasaan, ketakbermaknaan, dan kekosongan eksistensial
serta berusaha memahami keberadaan klien dalam dunia yang dimilikinya. May
(1981), memandang bahwa tugas terapis bukanlah untuk merawat atau mengobati
konseli, akan tetapi diantaranya adalah membantu klien agar menyadari tentang
apa yang sedang mereka lakukan, dan untuk membantu mereka keluar dari posisi
peran sebagai korban dalam hidupnya dalam keberadaanya di dunia11: “Ini adalah
saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di
dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”.
Proses dan Teknik Eksistensial Humanistik
Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah
penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi
perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik
(pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif
klien, pengalaman pertumbuhan simbolik (suatu bentuk interpretasi dan pengakuan
dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada
kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi). Pada
saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses
terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis
muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan
terapis.
Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap
yaitu:
1. Tahap Pertama
Konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan
mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara
pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin
pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah
dalam kehidupan mereka.
2. Tahap Kedua
Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti
sumber dan otoritas dari system mereka. Semangat ini akan memberikan klien
pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
3. Tahap Ketiga
Berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka
pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai
barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan
untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif
eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan
pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya.
Sumber :
Corey, G. (1995). Terapi dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi. Bandung : PT. Eresku.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Modul bimbingan dan
konselingPLGP kuota 2008.Surabaya : Unesa.
Misiak, Henryk., dan Sexton, Virginia Staudt. (2005).
Psikologi Fenomenologi, Eksistensial, dan Humanistik. Bandung: Refika Aditama.
http://konselingindonesiabaru.blogspot.co.id/2013/05/eksistensial-humanistik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar