Senin, 27 Januari 2014

SAYA

    Tepatnya 18 Agustus tahun 1993, seorang saya ditakdirkan lahir oleh Allah yang maha kuasa ke dunia ini. Melalui Rahim seorang wanita berjiwa mulia, tangguh, dan lembut, saya dilahirkan dengan penuh rasa sakit yang saya yakin dia baru pertama kali merasakannya. Kemudian sayapun yang pertama kali memanggil dia sebagai ibu. Yang selalu saya cintai tetapi tidak pernah saya ungkapkan dihadapannya secara lisan. Dibesarkan dengan penuh kasih saying dan didikan yang sangat luar biasa oleh ibu dan ayah saya sebuah hal yang sangat tak ternilai harganya bagi saya dan semua yang merasakannya.
   
    Tahun demi tahun saya dalam dekapan mereka, ditemani 5 orang anak yang mewarnai rumah tangga. Saya berdiri, berada ditengahnya sebagai harapan terbesar ditengah keluarga. saya mempunyai keluarga yang simple, tidak terlalu banyak aturan. Tetapi orang tua saya hanya menjaga pergaulan para buah2 hatinya dan menjaga agamanya. Keluarga saya mendidik saya untuk bepegang teguh kepada islam, berdiri diatas ajaran2 yang benar. Saya memiliki seorang ayah yang juga sangat luar biasa hebatnya. Saya tidak dimanja, tidak dibentak, tidak dipaksa. Orang tua saya selalu memiliki cara-cara yang tidak saya kira mereka akan mengarahkan saya kepada sesuatu.
     
     Saya besar di kota yang semakin lama semakin rumit yang tidak lain adalah jakarta. Melalui masa kanak-kanak di daerah kramat jati, bermain di pinggiran tol jagorawi berbaur dengan anak manapun yang entah darimana datangnya. Memasuki remaja, saya mendaftarkan diri di pesantren islam di daerah Antara karawang bekasi. Saya dididik dengan pendidikan agama. Cukup berat memang, tapi saya mencoba dan terus mencoba. Sekitar 2 tahun hidup dalam lingkungan yang dibatasi tembok tinggi, saya mempunyai masalah pada konsentrasi saya. Saya datang ke psikolog dan berkonsultasi. Ternyata ada sesuat yang saya pun kurang mengerti pada saat itu. Saya tidak bisa berkonsetrasi. Jadilah saya oran yang tergantung pada obat, yang harga 1 tabletnya pada saat itu sekitar 60 ribu. Cukup mahal, cukup memberatkan orang tua saya.

     Saya merasa berbeda dengan yang lain,kenapa. Saya minum obat hanya untuk mendengarkan seorang guru menjelaskan yang belum tentu saya paham. Akhirnya saya memotivasi diri saya sendiri untuk tidak menggunakan obat itu lagi pada ujian kenaikan kelas. Alhasil, tidak begitu buruk. Cukup untuk menghindari omelan orang tua saya. Mengontrol diri mungkin suatu hal yang mudah bagi saya, oleh karnanya saya tidak terlalu mengnggap masalh menjadi momok penghalang dalam hidup saya. Bagi saya masalah ada hal yang perlu dicermati, disiasati dan masalah adalah isyarat untuk saya melakukan hal yang lebih besar lagi dari apa yang sudah saya kerjakan hingga menjadikan masalah.

      Saya meranjak masa lebih remaja lagi, yang mungkin disebut masa alay kalau kata jaman sekarang. Mulai kenal perempuan, muali kenal kehidupan yang “dalam tanda kutip” nakal, muali bandel mencoba hal-hal yang menurut saya keren. Saya bergaul dengan siapa saja yang bagi saya, dia bisa memberi nilai positif untuk saya. teman adalah keluarga kedua dalam hidup saya.

      Pada masa itu saya bertemu seorang perempuan yang singkat cerita saya jadikan pacar. Saya kencan, smsan, chating, dan segala macem hal yang dilakukan dalam hubungan yang biasa-biasa saja tapi sok luar biasa. Tanpa sepengetahuan keluarga saya, berjalanlah hubungan gelap yang saya alami kebanyakan pahit daripada manisnya. Bodohnya lagi, saya bisa bertahan hingga 4 tahun. Saya tidak pernah menonton sineteron tapi buaian saya sama seperti mereka. Saya tidak pernah romantic tapi tiba-tiba saja saya bisa bikin puisi buat pacar.
      Celakanya, saya mengiyakan saat dia minta hubungan saya serius. Tahun 2010 saya lulus SMA, kemudian disanalah sisi bodoh saya berjalan. saya belajar cari uang, hanya untuk menikah. Tahun 2011 saya masuk cisco networking academy di Universitas Indonesia. Itupun dengan niat kerja hanya untuk menikah pula. Sembari berjalannya waktu, saya berjualan susu untuk mempunyai penghasilan. Alhamdulillah semua berjalan sesuai yang saya rencanakan.

      Saya seorang yang tidak perduli dengan apa kata orang lain yang bagi saya itu mejelekkan saya. keluarga saya buak keluarga tidak mampu, tapi saya kuliah sambil berjualan susu. Pagi-pagi mengantar susu kemudian siangnya saya kuliah dan malamnya saya masih mengantar susu lagi. Dengan karung yang saya selempangkan di motor. Dengan semangat yang entah dari mana paa sat itu. Berjuang demi sesuatu yag tidak pasti.

      saya bercita-cita menjadi seorang yang berkecimpung pada bidang psikologi. Tetapi jalan yang saya pilih dan saya tempuh jauh dari harapan utama saya pada saat itu. Singkat cerita saya melamar wanita itu dan saya pun dapat restu dari kedua belah pihak. Sialnya, entah ada angin dari mana. Calon mertua malah mencari laki2 lain untuk dinikahkan dengan anaknya. Dan, terjadilah dan sungguh menyakitkan pada saat itu. Semua yang saya perjuangkan hancur berantakan.

      Saya hanya diam, berpikir, dan mencoba menutupi kegalauan. Saya bukan tipe orang yang mudah down. Saya yakin dengan diri saya sendiri  bahwa saya mampu. Dari sanalah saya mendapat banyak pelajaran tentang hidup. Tahun 2013, setelah banyak waktu yag saya buang, banyak kesempata yang saya sia-siakan, saya mengatur ulang lagi hidup saya. dengan membalikan kepada cita-cita saya, saya minta kepada orang tua yang sudah saya kecewakan berkali-kali untuk menyekolahkan saya, pada jurusan fakultas psikologi universitas Gunadarma.

      Saya belajar banyak hal dari waktu yang saya buang, dari kesalahan-kesalahan yang saya lakukan. Saya beradaptasi lagi dengan lingkungan yang jauh berbeda dengan kehidupan saya sebelumnya. Menemukan hal-hal baru, kesibukan baru. Hal yang lebih terlihat positif untuk diri saya. saya hanya dapat menangis jika melihat kebelakang, dan hanya bisa tersenyum dan bersyukur saat saya melihat apa yang Allah berikan pada saya setelah masa yang sungguh bodoh bagi saya. saya menjadi orang yang berpikir. Bahwa perasaan bukan hal yang mutlak harus diartikan dengan cinta. Bahwa saya harus memahami apa yang baik dan buruk untuk diri saya. saya menemukan jawaban setelah apa yang telah terjadi yang saya kira itu merugikan saya, saat ini itu menjadi alasan saya kembali mengejar impian yang telah lama saya sia-siakan.


      Saya bukan orang yang pandai menulis. Saya hanya orang yang pandai bergaul, mencari hal-hal yang lain. Berbaur dengan siapa saja, itu hal yang menarik bagi saya. saya mengekspresikan diri saya melalui bidikan kamera, mengabadikan momen saat saya ditengah-tengah orang yang menghargai saya. saya buka diri saya kepada mereka. Dan yang terpenting, saya selalu berusaha untuk nasib yang saya alami tidak terulang pada orang yang dekat dengan saya. membuat sebuah tulisan bukan sebuah hal yang mudah bagi saya, tetapi saya piker kalau saya menulis hal yang saya tidak tahu akan jadi apa. Maka dari itu saya adahalah hal yang paling saya ketahui untuk saya tuangkan dalam tulisan. Karna saya sangat mengetahui  betul diri saya. sekian.